Senin, 26 Januari 2009

farfalla


Saya sempat tidak percaya, bahwa sesuatu hal kecil di awal atau dimasa lalu, dapat mengantarkan kita ke hasil yang berbeda dari yang kita harapkan, mengalami deviasi penuh akibat penyimpangan minor yang terjadi. Namun, seiring dengan pengalaman hidup yang dijalani, perspektif ini pun perlahan luntur. Menguap seiring banyaknya episode yang terjadi mengajarkan apa-apa yang kita lakukan sebelumnya memiliki pengaruh yang berarti dikemudian hari.

Saya ingat ketika saya kecil, menggandrungi sepakbola hingga menyebutnya agama kedua. Merasa darah samba mengalir di urat nadi. Dan, ketika itu berapi-api ingin mendaftar di salah satu sekolah sepak bola di pekanbaru. Ayah saya melarangnya. Tidak ada penjelasan berarti (mungkin karena saya masih kecil) namun ketegasan itu begitu tampak dan saya pun enggan berontak. Keingingan terbesar masa kecil itu pun dikubur. Hampir sama ketika beranjak menuju sekolah menengah pertama, ketika saya merengek seperti anak-anak dimasa itu, minta dibelikan PS (versi 1 nan cupu) untuk mengisi waktu-waktu luang liburan. Saya merasa berhak, toh prestasi sepanjang masa kecil saya rasa cukup untuk merayu orang tua mengabulkan keinginan itu. Tapi, sekali lagi orang tua melarang. Ya,mereka melarang. Alih2 membeli PS saya akhirnya dihadiahi separangkat PC (beda S dan C, tp masi sama2 cupu versi windows 311). Larangan itu pun akhirnya saya patuhi. Lalu, saya belajar untuk tidak suka bermain game, bermain komputer saja. Membalasnya dengan coba berprestasi lagi agar permintaan berikutnya bisa dikabulkan. Dua larangan itu akhirnya membuat saya malah berpikir bahwa jalan hidup saya adalah dengan mengembangkan kemampuan akademik.

Melihat masa itu dengan keadaan sekarang yang bisa saya lakukan adalah bersyukur. Apa jadinya misalnya saya dulu dihadiahi console game , mungkin kesenangan saya bermain game akan mengalahkan semangat saya belajar. Halah. Soalnya, saya sering mendengar bahwa ada saja anak-anak yang gagal sekolah/kuliahnya akibat keranjingan bermain game hingga melalaikan hal yang lebih utama. Toh, saya juga tidak kebal game, setidaknya WE masih sering saya mainkan. Poin nya disini bukanlah saya menjudge bermain game itu tidak baik. Bukan ! Bukan itu. Tetapi, begitulah larangan kecil orang tua saya dulu membuat saya menjadi tidak suka game sampai sekarang, memilih belajar untuk pelampiasan dan merasa senang karena setidaknya ada hasil yang bisa saya banggakan . Bercerita ke orang tua dan mengaku bahwa mereka memang tahu yang terbaik buat anak-anaknya. Ada perubahan besar yang terjadi akibat perlakuan minor yang saya terima.

Satu contoh lagi misalnya ketika jaman sma kelas 1. Ketika pelajaran matematika menjadi momok saya karena saya selalu sulit mengingat rumus dan latihan yang ada. Selain itu saya juga sulit untuk mau mencatat hal itu semua. Alhasil, saya harus meminjam ke salah satu teman yang memang rajin mencatat dan mau bukunya dipinjem selama beberapa hari hingga minggu untuk melakukan penyalinan gila-gilaan secara manual (andai ada copy paste ,,,ugh). Tidak berapa lama, saya sungguh ceroboh, buku itu raib di tangan saya. Saya pun lupa menaruhnya dimana. Saya sulit juga untuk mengingatnya. Sang teman marah. Dan, saya hanya bisa meminta maaf. Tapi, tidak berapa lama, selang beberapa hari, buku itu saya temukan terselip di laci meja, di balik barang2 yang saya tinggal disana. Yang saya lakukan adalah, berpura-pura tidak pernah menemukan buku itu sama sekali.

Melihat masa itu dengan keadaan sekarang yang bisa saya lakukan adalah bersyukur. Apa jadinya misalnya saya dulu mengembalikan buku itu. Mungkin tidak ada hubungan seperti yang saya jalani sekarang ini. Ahahaha ... Kepura-puraan kecil saya mengantar saya untuk lebih kenal dengan sang teman,,,lalu beranjak menjadikannya lebih dari sekedar teman, let's say, special friend. Toh, meski landasannya adalah pura-pura di awal kami tidak berpikir bahwa hubungan ini cuma pura-pura belaka, tidak juga ingin mengakhirinya begitu saja. Kebetulan kehilangan itu mengantarkan saya bertemu dengan seseorang yang menemani saya sepanjang 5 tahun belakangan ini.

Sesungguhnya, seluruh kejadian di alam semesta merupakan kejadian random. Kira-kira begitulah hasil penelitian yang dilakukan oleh Edward Norton Lorenz,seorang profesor MIT pada tahun 1961. Dengan menggunakan bantuan simulasi komputer, Lorenz berusaha memprediksi kejadian cuaca. Lorenz membulatkan angka yang diperolehnya ke dalam bilangan desimal 0.506.

Namun ketika dia memasukkan bilangan desimal yang lebih lengkap yakni 0.506127, Lorenz mendapatkan hasil yang benar-benar berbeda. Yang kemudian mengejutkan Lorenz adalah nilai desimal terkecil yang ia masukkan ke dalam simulasi tersebut dalam prakteknya setara dengan sebuah kepakan sayap kupu-kupu. Simulasi itu menunjukkan bahwa kepakan sayap kupu-kupu sekalipun bisa mengakibatkan atau mencegah terjadinya sebuah badai tornado. Hasil temuan Lorenz tersebut selanjutnya kemudian diberi nama The Butterfly Effect.


Karena perhitungan yang digunakan Lorenz di dasari kejadian-kejadian yang sifatnya acak maka banyak ahli yang mencoba mengartikan fenomena efek kupu-kupu tersebut ke dalam kehidupan manusia. Begitu banyak peristiwa yang bisa terjadi terhadap seseorang dan kemungkinan-kemungkinan peristiwa tersebut bisa membukakan pintu bagi peristiwa-peristiwa lainnya. Semua kombinasi peristiwa yang mungkin dialami oleh seseorang pada dasarnya merupakan fenomena yang bersifat acak namun saling terhubung antara yang satu dengan yang lainnya.



Di dalam blognya, jamil azzaini menambahkan bahwa Satu peristiwa yang terjadi bisa membuka atau menutup peluang terhadap terjadinya peristiwa lain yang lebih besar. Karena kemungkinan-kemungkinan yang dialami oleh seseorang juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kemungkinan kemungkinan yang dialami oleh orang lain. Dengan fakta ini maka seluruh manusia di dunia ini seolah-olah berada dalam suatu ruangan tanpa batas dengan kombinasi kemungkinan yang tak terhingga jumlahnya. Untuk lebih memahami fenomena ini, Anda bisa mengajukan pertanyaan sederhana; Bagaimana Anda bisa berada di tempat Anda yang sekarang? Mungkinkah Anda berada di tempat yang sekarang seandainya anda tidak bertemu dengan seseorang atau mengalami kejadian tertentu? Ternyata satu kejadian dengan kejadian yang lain saling berhubungan. Jadi pastikan kepakan yang kita lakukan berdampak positif di masa depan. Apalagi bila Anda menduduki tempat yang strategis dan sebagai pemimpin. Karena kepakan seorang pemimpin tentu berbeda dengan kepakan orang biasa. Kepakan seorang pemimpin bisa setara dengan kepakan jutaan orang biasa

Lebih jelas lagi, butterfly effect menjelaskan bagaimana kebergantungan terhadap kondisi awal dari suatu kejadian. Variasi kecil dari kondisi awal dalam suatu sistem yang dinamik dapat menghasilkan variasi besar dalam hangka panjang. Jika suatu sistem dimulai dengan kondisi awal dua maka hasil akhir dari sistem yang sama akan jauh berbeda jika dimulai dengan 2,0000001 dimana 0,0000001 sangat kecil sekan dan wajar diabaikan. Dengan kata lain kesalahan yang sangat kecil akan menyebabkan bencana di kemudian hari atau keberuntungan di kemudian hari. Kehidupan adalah salah satu dari sistem yang dinamik itu.

Moral dari teori ini, efek kupu-kupu mengajarkan kepada kita untuk berusaha setiap saat berbuat kebaikan. Kecil atau besar tidak masalah. Karena hasil akhirnya baru dapat kita ketahui nanti. Lebih lanjut lagi, jika pun sulit berbuat kebaikan, berbuat lah dimana tingkat ketidakbaikannya dalam batas minimal, karena kita tidak tahu efek apa atau karma apa yang menunggu akibat ketidakbaikkan yang kita lakukan.



*farfalla adalah kupu-kupu dalam bahasa Itali




5 komentar:

  1. baguuuss!! =)

    "Ketika pelajaran matematika menjadi momok saya karena saya selalu sulit mengingat rumus dan latihan yang ada"
    ehem..*batuk-batuk..

    BalasHapus
  2. hmm,,..
    jadi tertarik ama butterfly effect puj...
    ada filmnya kan?
    dah nonton belum?

    BalasHapus
  3. hmmm...
    kisah ttg buku itu aku mengerti dgn sangat jelas sekali....ehehehe...

    butterfly effect jga memberikan kesadaran bahwa setiap keberhasilan kita juga merupakan buah bantuan dari orang yg mungkin tidah pernah kita pikirkan, dia melakukan hal kecil yg berefek besar...
    dan takdir, setiap usaha yg kita lakukan merupakan usaha menemukan takdir hidup kita...

    BalasHapus
  4. salam kenal sebelumnya...
    hmmm tertarik ni dengan butterfly effect, ada bukunya ya? jadi kepengen beli (semoga aja ada dipalasari :D)
    menurut saya ada 2 cara pandang tentang butterfly effect,
    yang pertama, hal-hal kecil yang mengantarkan kita pada takdir
    yang kedua, takdir kita akan hadir, dengan smua hal yang mungkin kita lakukan
    Hidup kita pasti sudah ditakdirkan, jadi kita sedang menjalani takdir kita walaupun takdir buruk dan baik sangat bergantung dengan apa yang kita lakukan saat ini.
    Well...
    Blognya di update dong :D
    dan maen2 ya ke blog saya, ditunggu :p

    BalasHapus