Kamis, 04 September 2008

pesan-pesan dari layar

Udah lama gak ngepost, berhubung internet di kosan belakangan kembali berulah. Baru pagi tadi bisa ol lagi dan jadi kepikiran dua film yg gw tonton sebelum keinginan untuk posting ini datang.

Yang pertama, waktu iiR datang bareng temen2nya ke bandung semingguan yg lalu. Karena bingung mau ngapain, akhirnya kita sepakat buat nonton film wall-E. Sebelumnya, ajakan nonton sih udah pernah ada tp berhubung karena waktu itu gw harus mengerjakan pekerjaan "unit" jd nya gak bisa ikutan. Dari yg gw liat sebelumnya, film animasi ini sangat menginspirasi si Obi untuk bikin presentasi BRT.

Terima kasih dulu untuk para pembuat film wall-E. Menurut gw, mereka mampu mengkomunikasikan pesan-pesan kepedulian lingkungan dengan sangat baik. Deskriptif. Inspiratif. Banyak scene-scene yg mampu menggugah emosi penonton - at least gw - misalnya kotak2 sampah yg udah setinggi gedung pencakar langit, ketergantungan manusia terhdp robot, kisah mereka tinggal di luar angkasa akibat bumi yg gawat karena sampah. Meski agak lebai, setidaknya contoh nyata pernah terjadi di kota Bandung thn 2005an lalu dan walau baru di beberapa ruas jalan doang, tp udah sangat mengganggu masyarakat. Singkat cerita, teknologi belum tentu mampu menyelesaikan masalah sampah yg terlihat sederhana itu. Teknologi yang menurut gw udah sangat canggih - dengan adanya inteligensia buatan pada robot pengambil sampah- tetep kalah dengan arus sampah yg melebihi kapasitas para robot itu sendiri.

Manusia sang pencipta teknologi itu pun, jangan sampai bergantung sepenuhna pada teknologi. Lihat bagaimana para manusia itu menggendut, dan hanya bisa duduk di kursi terbang mereka, semua supply diberikan oleh robot dan lain-lain. Ketika mereka terjatuh, untuk berdiri di atas kaki sendiri pun tidak bisa. Jadi inget pesan bung Karno, ttg cita2 Indonesia yg berdikari. Berdiri di atas kaki sendiri. Walau sesulit apa pun, cobalah,,,,karena dari keteguhan untuk berusaha sendiri pada akhirnya yg diuntungkan adalah diri kita sendiri pula.

Yang kedua, Radit dan Jani. Film yg udah nangkring di waiting list gw sejak bulan juli tp gak pernah jd gw tonton karena emang lagi g pengen aja sih. Film drama cinta yg ngasal banget dengan gaya bahasa yg seadanya (baca : blak2an). Penuh adegan memaki, mencaci, berkata2 kebun binatang dan sebagainya. Pesan pesan yg gw tangkap yg paling nampol adalah : Cinta saja tidak cukup !!!!

Haha ... melihat radit dan jani yg memtuskan nikah muda, dengan keadaan ekonomi yg g bs dibilang bagus, mrk kelimpungan untuk sekedar memuhi kebutuhan hidup sendiri. Sampe harus nyolong di supermarket, hape, makan g bayar, rumah g ad listrik. Bahkan duit colongannya jg masi dipake buat ngobat, dugem dan lain-lain. Parahnya, untuk ngobat pun si radit harus ngerelain si jani 'dipake' oleh dua pengedar di film itu, gara2 duit untuk beli g ada sementara badan udah nagih minta 'obat'. Cinta saja tidak cukup !!!

Hal baiknya adalah, mereka berusaha untuk berubah. Meski agak terlambat sih,,,tp itikad baik saja udah harus kita hargai. Namun sayang, jalan hidup juga gak sesimpel itu. Meski keinginan untuk berubah demikian tinggi, hidup yang katanya keras ini pun menampakkan dinding2 terjal yg sulit didaki dengan usaha dan semangat yg mudah patah.

Kata2 penting dari film ini adalah kalimat "Suatu hari nanti, aku pasti akan membahagiakan kamu, entah bagaimana caranya " dari radit untuk menenangkan si jani di suatu malam gelap. Kata2 nya mengandung unsur yg tidak terbatas. Pada akhirnya, memang si jani hidup bahagia dan berkecukupan. Tp, bg radit, hal ini harus dibayar mahal karena dia harus menyerahkan kembali si jani ke pangkuan orang tuanya untuk menikah dengan laki2 baik dan kaya. Ya, si jani berbahagia, tp dengan cara yg tidak membahagiakan bagi radit.

Pernah denger kata2 " Asal engkau bahagia, aku bahagia ???" ,,, sungguh kata2 yg berat2 untuk diucapkan. Coba bayangkan kita harus berkata demikian kepada seseorang yg kita sayangi dalam keadaan dimana dia bahagia, tp untuk kebahagiaan ny itu kita harus mengorbankan sesuatu yg membuat kita tidak bahagia !!! Dalam hal ini, untuk membuat jani bahagia, radit merelakan diri menghilang dari kehidupan jani agar dia dapat menikah lagi dengan orang yg lebih baik dr radit. Ya, suatu hari itu, memang akhir ny terwujud, jani hidup bahagia. Tp apa itu memuaskan radit ???

Jujur,kalo gw jadi dia. Jawabannya iya dan tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar