Senin, 05 Januari 2009

simalakama


"Bagai makan buah simalakama, dimakan ibu mati, tak dimakan ayah mati"


Sampai usia saya yang mendekati 21 tahun ini pun (wew,,sudah tua juga, kemana masa mudaku ? tidakkkkk?!!!!), masih sering melihat permasalahan klasik yang timbul antara dua orang sahabat lawan jenis : saling memendam perasaan. Kasus klasik ini bahkan seringkali saya temui di sekitar saya, teman bermain, bahkan saya sendiri (dulu banget sih,,,udah 5 tahunanlah...).

Sudah sering saya membahas ini dengan beberapa teman, khususnya teman cewek. Dari beberapa kali perbincangan, rata-rata semua setuju bahwa sulit sekali menjalani persahabatan dengan lawan jenis yang pure tanpa disertai dengan 'rasa' suka atau sayang yang cenderung ingin memiliki atau menjadikan lawan jenis itu sebagai pacar.

Menyimak pengalaman terdahulu, saya pun ikut membenarkan. Ada yang lebih kuat ternyata dari hanya sekedar kecantikan fisik atau wajah semata. Itu adalah sesuatu yang dibangun dengan seringnya pertemuan dan frekuensi kebersamaan yang tinggi. Percaya tidak percaya , tidak perlu wajah yang begitu rupawan untuk disenangi atau disayangi. Tapi, bersikap baik dan tulus kepada sahabat atau orang-orang yang sering kita temui, bermodalkan itu saja pun sudah lebih dari cukup. Dari situ, bisa terlihat, bagaimana baik-buruknya,seseorang,,,dengan seringnya kita berinteraksi. Inilah yang kiranya, seringkali membuat seseorang menyukai dan menyayangi sahabatnya sendiri hingga muncul rasa ingin memiliki lebih dari itu. Inilah kiranya,,, dan sedikit banyak opini ini sudah terbukti.

Sekilas, hal yang perlu diluruskan adalah, tidak mungkin kita sama sekali tidak menyukai atau menyayangi teman/sahabat kita. Logikanya, jika kita tidak suka/sayang, tidak mungkin kita bisa berteman/bersahabat dengan seseorang itu. Jadi, hal yang wajar adalah jika kita sayang kepada teman dan sahabat kita hanya sebagai teman dan sahabat kita. Lalu, bagaimana jika timbul lebih dari itu ? Tiba2 ada perasaan ingin memiliki yang begitu besar, tidak hanya sekedar teman biasa ? Wajarkah itu ? Silahkan menjawab dengan pendapat masing-masing. Yang jelas, permasalahan sebenarnya adalah muncul disitu, apakah kita akan mengakui kepada sang sahabat bahwa perasaan ini sudah berkembang lebih dari sekedar sahabat ataukah memendam perasaan ini rapat-rapat ? Well, pilihan yang sulit.

Bagai makan buah simalakama, bila mengakui perasaan itu kepada sahabat ,,, mengutarakannya dengan jujur akan ada dua kemungkinan yang bisa terjadi : kerenggangan dalam batas waktu yang tidak dapat ditentukan atau jadian sebagai pacar. Bila tidak mengakui perasaan itu, seringkali memendam perasaan akan menimbulkan beban yang amat dahsyat,tak jarang membuat sering terpikirkan terus menerus, malah tambah bikin penasaran. Malah tambah tidak tenang. Malah kadang-kadang destruktif. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan jika berada dalam posisi itu ?

Sebagaimana kata2 klise yang juga sudah sering beredar adalah bahwa hidup ini pilihan. Setiap pilihan ada konsekuensinya. Dan , jika sudah memilih terimalah konsekuensi itu dengan berlapang dada. Pick once, and live with the consequences.

Pertimbangan pribadi saya adalah seperti ini. Hidup ini cukup singkat, dan maukah anda (kenapa anda ? ya, karena saya sudah melakukannya dan melewati fase itu) melewatkan sisa hidup anda dengan tidak mengetahui hal yang sebenarnya paling ingin anda ketahui : apakah orang yang anda sayangi juga sayang kepada anda ? Sisihkan pilihan untuk tidak mengakui perasaan, hal itu terlalu memalukan untuk dilakukan. Sebagai insan dewasa, tidak sepatutnya kita bersembunyi di balik topeng kebohongan dan melewatkan setiap harinya bersama sang sahabat dengan muka menahan rasa. Well, i've been through that way and it sucks anyway. Dibandingkan anda tidak mengaku, lebih baik anda padamkan saja secepatnya perasaan itu.

Sekarang tersisa satu pilihan : mengakui perasaan. Ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama setelah peristiwa pengakuan itu maka sahabat anda akan sedikit shock, tidak menyangka dan sebenarnya tidak menginginkan hal itu terjadi, dia hanya ingin persahabatan yang tulus, sehingga akan membuat dia menjauhi anda selama kurun waktu yang tidak bisa ditentukan. Anda kecewa karena keberanian anda untuk menyatakan perasaan malah berbuntut hal seperti ini. Karena kemudian selanjutnya persahabatan anda sudah tidak sama lagi. Ada kejanggalan disana sini. Anda menyesal karena telah mengatakannya dan menyalahkan tulisan ini karena menyuruh anda untuk melakukan hal itu. Well, salah sendiri kenapa percaya.

Kemungkinan yang kedua, pengakuan anda adalah hal yang sebenarnya paling sang sahabat nantikan. Akhirnya kalian berdua memutuskan untuk jadian. Harapan menjadi kenyataan. Berterima kasihlah dengan tulisan ini yang mungkin menyulut keberanian anda yang sempat padam. Hidup berbahagialah dan jaga sahabat (yang sekarang udah jadi pacar itu ) dengan baik.

Hidup ini tidak selalu indah, dan kemungkinan pertama setelah pengakuan itu sebenarnya yang paling menjadi momok bagi sebagian orang. Seperti saya bilang, saya sudah melakukannya, dan benar saja kerenggangan itu terjadi selama 5 bulan. Tapi, toh dengan segenap keinginan persahabatan itu masih tetap terjalin hingga sekarang.

Banyak orang berpikir, kemungkinan kedua setelah pengakuan itu sulit terjadi, tidak jarang orang yang mengatakannya itu mustahil . Hei, kemustahilan itu sesungguhnya adalah kemungkinan dengan persentase yang amat kecil. Perjuangkan persentase yang kecil itu dengan segenap tenaga dan semoga Tuhan membantu anda.

Setelah bercerita panjang lebar melalui postingan kali ini, sampailah saya pada saran untuk teman-teman semua,yang mengalami saat-saat seperti memakan buah simalakama ini. Sampaikan perasaan itu kepada teman/sahabat anda, katakan itu terjadi secara alami, tadinya anda juga tidak bermaksud begitu. Lalu, jalanilah dengan tabah apa pun hasilnya. Selamat, jika ternyata kalian jadian. Selamat juga, jika tidak , anda telah mendobrak pintu keberanian anda dengan gagah berani.

Anda adalah seseorang yang sedang berdiri di depan pintu. Perasaan sayang anda adalah kado untuk sahabat anda. Keberanian anda adalah kunci dari pintu itu. Apa yang ada di balik pintu ? Kita semua tidak bisa menduganya. Tapi, bukan kah itu yang menjadikannya menarik ? Manusia memang diciptakan untuk memecahkan misteri yang ada, termasuk misteri perasaan manusia itu sendiri. Silahkan, gerakkan kunci anda, lalu putarlah gagang itu. Bukalah, pintu itu.

Semoga kebaikan menyertai kita semua.

Amin.

















10 komentar:

  1. menarik2...
    tpi ada sebuah pepatah bijak dari jaman dahulu kala ja...

    it's a little something that goes like this...
    "Some things are better left unsaid..."
    hehe... :p

    BalasHapus
  2. iya cal pernah denger ..
    coba cari tau deh ..
    sapa yang pertama kali ngeluarin tuh pepatah
    dan cari tau nasib cintanya juga ...

    kalau dia memilih jalur tidak mengakui trus ngeluarin tu pepatah ya wajar2 aja
    wong, dia gak pernah bilang apa2 ke orang yang dicintainya....


    *maafkan saya kalo orang itu masih hidup atau udah wafat.

    BalasHapus
  3. Emang pilihannya cuma 2 itu ya: kerenggangan atau jadian? Hmm... Kalo menurutku ga. Ada opsi lain, hohoho...

    BalasHapus
  4. barangkali reisha bisa berbagi pengalaman ... opsi seperti apa lagi yg mungkin muncul ???

    berdasarkan pengalaman pribadi mungkin ?? hohoho ...

    BalasHapus
  5. Ja... ntah kenapa mau muntah...Hahaha

    BalasHapus
  6. @iiR : kenapa "mmm..." ir ?

    @ restya : muntah atau dapat inspirasi rest ?

    BalasHapus
  7. kalo ical emang ga berani (baca: pengecut) ja, makanya pilihan dia pasti diem dan pretend that nothing happens :p

    BalasHapus
  8. lia.....
    ak sedang mengalami kondisi yang seperti itu..
    nd aku sudah mengutaraknya.
    py shabatku tidak menjauh dan kami pun tidak jadian..
    sikapnya masih sma dgn ku.
    itu yangmembuatku menjadi bingung

    BalasHapus