Jumat, 23 Januari 2009

srikandi


Srikandi dalam kitab Mahabrata diceritakan lahir sebagai seorang wanita, namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai pria. Dalam versi pewayangan jawa terjadi hal yang hampir sama, namun dalam pewayangan ia dikisahkan menikahi arjuna dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah Mahabharata versi India. Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. (http://id.wikipedia.org/wiki/Srikandi)

Baru-baru ini, saya menonton film yang menurut saya sangat bagus, setelah kmunculan Laskar Pelangi dan Ayat-Ayat Cinta dan diselingin beberapa film Indonesia yang kurang berkelas dan mainstream. Perempuan Berkalung Sorban, hasil besutan mas Hanung yang memang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya. Film bernafaskan islam ini pun menjadi semakin bagus karena saya juga menontonnya dengan orang yang sangat spesial (hehehe ....).

Bagaimanapun juga, Perempuan Berkalung Sorban memang sarat makna. Mengangkat tema lama yang tidak pernah usang yaitu perempuan. Perjuangan seorang perempuan yang menginginkan kesamaan, sesuatu yang juga diperjuangkan RA Kartini dan bnyak perempuan lain di Indonesia. Saya kurang tahu betul, apakah di zaman sekarang, hal ini masih relevan. Dimana seorang perempuan diperlakukan lebih rendah dari laki-laki. Misalnya, dalam pendidikan dan dalam pernikahan. Dua hal yang memang banyak menjadi konsern kita belakangan ini. Yang jelas tema ini memang sangat menarik untuk diangkat. Bahkan, saya juga dua tahun yang lalu pernah mengangkat tema seperti ini menjadi sebuah cerpen dan Alhamdulillah memenangi salah satu kompetisi cerpen untuk region Sumatera.

Untuk cerita yang lebih detail mungkin bisa ditonton sendiri atau mencari resensi yang lebih lengkap karena dalam postingan kali ini saya tidak bermaksud bercerita panjang lebar tentang film itu , melainkan pesan yang coba disampaikan oleh film religi ini. Pesan-pesan itu disampaikan melalui adegan-adegan yang cukup memorable. Beberapa dialog nya pun sangat inspiratif, mengena dan mengharukan. Misalnya ketika Annisa (Reva) akan berpisah dengan Le Kudhori (Oka) dan berkata ia akan kesepian jika Le Kudhori jadi pergi ke Kairo. Jawaban Le Kudhori sungguh bijak. "Engkau tidak akan pernah kesepian, karena sesungguhnya Allah sangat dekat, lebih dekat dari urat nadi kita sendiri".

Kemudian adegan Annisa dan Kudhori akan dirajam ketika dituduh berzina oleh suami Annisa sendiri. Ketika itu dalam suasana satu kampung sudah berkumpul. Suami Annisa mendeklarasikan perceraiannya kepada orang banyak (dalam Islam, jika suami sudah berkata demikian, talak tiga, sudah sah kan ya ? Sudah dilarang bercampur kalau g salah , bener g si ?). Kemudian sang suami malah memprovokasi hukuman yang terpantas bagi mereka, rajam ! Satu persatu masyarakat mulai mengambil batu dan melempari mereka. Disitu kemudian Ibu Annisa (Widyawati) maju dan menghentikan sementara pelemparan itu dan berkata, "Hanya orang yang tidak pernah bersalah yang boleh melempar batu ini ",sambil mencoba memberikan batu yang ia pegang kepada orang disekitarnya. Tidak ada yang berani (dalam kata lain merasa tidak punya salah sama sekali) , bahkan Pak Haji pengurus pesantren sekali pun. Demikian ditunjukkan bahwa kita pun tidak boleh asal menghakimi orang tanpa pasal, karena toh kita sendiri juga tidak luput dari kesalahan.

Sepanjang film kita akan mengikuti kisah tahunan Annisa dalam perjuangan hidupnya untuk mendapatkan kesetaraan, pendidikan, kuliah, menghadapi pernikahan yang tidak bahagia, menikah kembali dengan orang yang dicintai, membangun perpustakaan,kehilangan ayah, kehilangan suami dan fragmen-fragmen perjuangan lain. Termasuk, fragmen kecil dimana teman annisa yang berasal dari pesantren begitu kuliah di Jogja, menjadi berubah, bersikap permisif terhadap cowok, bahkan berduaan di kosan dengan bermodal uCanC yang membuat Annisa sungguh kaget mengingat kehidupan mereka dipesantren begitu berbeda, tidak boleh dalam satu ruangan yang bukan muhrim nya (saya dengar, memang kejadian ini cukup banyak terjadi di kota itu, entahlah , hanya mendengar cerita dari temen2 yg kuliah disana). Setiap menitnya ada saja yang bisa kita petik untuk memaknai hidup yang sudah kita jalani.

Masuk ke bagian bercandanya. Saya setuju dengan emansipasi yang didengung2kan kaum perempuan. Saya setuju kesetaraan yang ingin dicapai. Kita semua bergerak ke arah itu. Presiden kita sudah ada yang perempuan sekali waktu. Para caleg pun kini sudah perempuan. Di pemerintahan dan swasta, perempuan pun banyak yang memegang jabatan. Gender saya rasa sudah tidak menjadi masalah lagi. Hanya saya berharap ada nya kekonsistenan. Misalnya ada aja sekali waktu, temen-temen saya berkata, "Lo lah , Ja. Kan lo cowok , gw cewek"..Nah lho, jadi excuse gitu. Atau misalnya dalam kisah hubungan muda-mudi, dengan alasan "Gw kan cewe, masa gw yg duluan", selalu menjadi alasan perempuan untuk bersikap menunggu, memaksa para cowok untuk aktif dan inisiatif dan terkadang akibat sikap demikian tak jarang hubungan yang seyogyanya dapat terjalin malah harus dikubur dalam-dalam. Semoga kesetaraan ini pada akhirnya dapat mencapai aspek-aspek itu.

Seperti kata Khudori, ada yang nature dan nurture (lupa istilahnya). Nature, perempuan itu melahirkan, mengalami datang bulan,dsb. Inilah yang disebut kodrat. Pendidikan, kesetaraan, pernikahan itu adalah sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang bisa diperjuangkan. Termasuk dalam kisah hubungan muda-mudi tadi. Tidak perlu terjerat paradigma "cowok harus duluan mengungkapkan" dan sebagainya. Alih-alih bahagia, kebanyakan kisah yang saya dengar berakhir kepada penyesalan yang tak kunjung selesai sepertinya.

Perempuan berkalung sorban merupakan film pembukaan yang sangat menarik untuk tahun 2009 ini. Dapatkan makna yang lebih banyak dengan menontonnya sendiri. Inspirasi bisa datang dari detik yang tak diduga, adegan yang tak disangka dan dialog yang tak dikira. Berkalung sorban sendiri memiliki filosofi sorban yang identik dengan pria yang digambarkan membelenggu seorang perempuan. Annisa dalam kisah telah ini menunjukkan tekad kuat dan semangat yang tinggi, sama halnya seperti Dewi Srikandi yang digambarkan pada kisah pewayangan, yang menjadi tauladan para prajurit wanita, karena memiliki kemampuan bertempur dan semangat hidup yang kuat. Mungkin karena hal itu lah seringkali kita dengar istilah Srikandi2 Indonesia untuk merujuk kepada atlet2 perempuan yang berjuang di dunia olahraga internasional. Semangat yang harus dimiliki setiap perempuan agaknya, semangat Dewi Srikandi.

Berikut, petikan puisi Rako Prijanto tentang perempuan, yang menurut saya sangat indah :

Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur dihatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya
Meninggalkan hati untuk dicaci
Baru sekali ini aku melihat karya surga dalam mata seorang hawa
Ada apa dengan cinta
Tapi aku pasti akan kembali
Dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya
Bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu
Itu saja


*saya belajar sesuatu dalam film ini , ternyata kalau seorang suami mengajak istrinya untuk melakukan hubungan seks, istri tidak boleh menolak (dengan kondisi tertentu, pengecualian buat haid dll) atau sang istri akan berdosa. Ketika Annisa bertanya, apa jadinya kalau istri yang mengajak suami berhubungan dan suami menolak, jawaban Pak guru sungguh kocak : Hanya istri yang gatal yang mengajak suaminya berhubungan. Relevan kah ? wew....



4 komentar:

  1. ahh puj, sial, td gw tertarik ngbacanya gr2 judulnya.. gw kira lo mw ngbahas srikandi bneran.. atw siapa tw lo punya penjelasan scientific ttg myth srikandi gati kelamin..
    who knows di zaman itu udh ada operasi transgender.. hehehe

    btw ngomenin ttg paragrap trakhir lo yg dimulai dengan tanda '*'
    meskipun gw bukan org yg sering ngbahas ttg ini, krn ilmu gw jg ga bagus2 amat, hehe.. tp untuk kasus itu (istri berdosa klo menolak berhubungan tanpa alasan yg kuat) emg bisa asal suaminya jg berbuat sebagaimana seorang suami harus bersikap seperti yg dicontohkan Rasulullah, soalny klo suaminya jg g bner gw g melihat alasan si istri untuk tidak menolak, mgkn sbagai bentuk protes atas tindakan suami kpdna mgkn..

    hehehe tp gw sndiri g tw pendapat gw ini bner atw ga.. :p

    BalasHapus
  2. "Engkau tidak akan pernah kesepian, karena sesungguhnya Allah sangat dekat, lebih dekat dari urat nadi kita sendiri"

    klo di rangkai dalam satu kalimat singkat jelas:
    "You'll Never Walk Alone..." haha...

    "Gw kan cewe, masa gw yg duluan", selalu menjadi alasan perempuan untuk bersikap menunggu, memaksa para cowok untuk aktif dan inisiatif dan terkadang akibat sikap demikian tak jarang hubungan yang seyogyanya dapat terjalin malah harus dikubur dalam-dalam.

    Cukup mengena, dan setuju dgn pendapat tersebut...
    haha... :p

    BalasHapus
  3. @ andre : Emang sih ... selama para suami berbuat wajar tentu sang istri juga mau2 aja :p

    @ical : lo mah setuju karena jadi korbannya cal ...

    BalasHapus
  4. Jika laki-laki tulen, dan nikahnya beneran (tercatat di hadapan pecatat nikah yg syah dan disumpah dengan al-Qur'an, perceraiannya pasti melalui proses di pengadilan baik kinayah/sindiran maupun secara jelas. Bukan 'Nikah pincuk pegat sampluk" alias nikah sirri (nikah mainan/ mempermainkan hukum Islam demi menuruti hawa nafsu (perzinaan berkedok agama).

    BalasHapus