Minggu, 05 Oktober 2008

Relativitas Makna

Gw masi di kampung gw, alias Pekanbaru. Berhubung waktu liburan gw yg cukup panjang, gw memang akan menghabiskan hari-hari gw sampe tanggal 11 Oktober di kota kelahiran tercinta gw ini.

Masih di bulan Syawal, hari lebaran memang udah lumayan lewat. Setelah tradisi keluarga memulai kunjungan ke rumah saudara, pemberian angpau, sungkeman dan segala macam, kembalilah suasana kehidupan yang seperti biasa kalau liburan panjang, BINGUNG nggak ada kerjaan.

Untunglah, kebingungan yg biasa gw temui sangat terbantu dengan kepulangan pula sang pacar dari Salemba. Walhasil,seperti layaknya pasangan yg sedang dimabuk cinta diseluruh dunia, kita seringkali menghabiskan waktu bersama, menggenapkan masa-masa terpisah jarak 127 km Cipularang selama beberapa bulan.

Disinilah, teori relativitas waktu bekerja. Liburan gw yg tiga minggu itu terasa sangat cepat berlalu ketika sang pacar ada disini. Gak berasa aja, tiba-tiba udah waktunya aja kita gak ketemu lagi karena dia (baca : xxx) harus pulang lagi ke Salemba. Gw itung2 sih, sebenarnya udah seminggu juga kita ketemunya, tapi seperti gw sebutkan RELATIVITAS WAKTU bekerja dengan baik.

Namun, satu hal yang gw temui, dan yg gak gw sangka-sangka,,,bahwa ada namanya itu yang gw sebut Relativitas Makna. Teori apalagi ini ? Gak,,,gak serius-serius amat. Ini cuma sekedar bacot gw aja yang ingin mengungkapkan keheranan, kekaguman sekaligus rasa terima kasih gw terhadap sang pacar yang membuat gw merasa apa ya .... merasa sangat di-xxx-ilah. Bner2 merasa di-sayang-i.

Kita harus sdar, dan mulai sekarang gw jadi ngerti,,, bahwa perbuatan kita yang semula kecil, biasa aja, atau Cuma alakadar nya dapat menjadi sesuatu yang sangat bermakna bagi seseorang. Perbuatan kita yang remeh mungkin bisa menjadi bantuan besar bagi orang lain. Perilaku sederhana kita mungkin menjadi berharga bagi sesama.

Dan, malam itu,,,ketika keesokan harinya kita memang harus mengadu nasib lagi dengan ruas 127 km yang menyiksa itu, gw merasa bener2 melakukan hal yang sangat kecil, bahkan menurut gw terlalu biasa kepada dia (baca : iir). Tapi, relativitas makna disana telah bermain. Gw juga gak mau ambil kesimpulan sendiri,tapi,,,mata dan setiap sel tubuh ini merasakannya dengan jelas, bahwa dimana-dimana, ketulusan seseorang dapat menjadi harta yang tak ternilai bagi orang lain.

Terlepas dari itu pertanda baik apa bukan, apa gw udah melupakan hal-hal yg biasa gw lakukan, udah jarang bikin dia senang, udah gak tau lagi mau ngapain dan sebagainya,,,gak jadi soal. Bener2 gak gw pikirin.

Dan, malam itu,,,bener2 jadi best moment kita selama liburan ini, dan emang Cuma kita berdua yg tahu,dan gw pengen emang cm kita yang menikmati dan gw jadi berterima kasih untuk itu. Thanks ya.

(memoar 63 GA )


1 komentar:

  1. Hmm,.
    Tampak dibuat dengan penuh perasaan yang bercampur baur, antara senang dan sedih,.
    Senang telah melalui momen2 seperti itu dan sedih karena harus melihatnya berlalu,.

    BalasHapus